BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk
sebagai hasil pemadatan endapan yang berupa bahan lepas. Menurut (
Pettijohn, 1975 ) batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi
material hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas
kimia maupun organisme, yang di endapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi
yang kemudian mengalami pembatuan. Menurut Tucker (1991), 70 % batuan di
permukaan bumi berupa batuan sedimen. Tetapi batuan itu hanya 2 % dari volume
seluruh kerak bumi. Ini berarti batuan sedimen tersebar sangat luas di
permukaan bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis.
Pada
batuan sedimen khususnya batuan sedimen non karbonat mempunyai nilai ekonomis baik
itu mineral, batubara, ataupun gas dan minyak bumi. Proses sedimentasi berperan
besar di dalam pembentukannya oleh karena itu pada praktikum ini kita akan
mempelajari tentang batuan sedimen khususnya sedimen non karbonat.
1.2 Maksud
dan tujuan
1.2.1 Maksud
Kami
dapat memahami dan mendeskripsikan batuan sedimen khususnya pada batuan sedimen
non karbonat
1.2.2 Tujuan
- kami dapat memahami pembentukan batuan sedimen non
karbonat
- kami dapat memahamimaterial penyusun batuan sedimen non karbonat
- kami dapat menjelaskan tekstur dan struktur batuan sedimen non karbonat.
- kami dapat memahamimaterial penyusun batuan sedimen non karbonat
- kami dapat menjelaskan tekstur dan struktur batuan sedimen non karbonat.
1.3. Alat dan
bahan
1.3.1 Alat
- alat tuslis menulis
- Loop
- Lap kasar
- Lap halus
- Loop
- Lap kasar
- Lap halus
1.3.2 bahan
- Batuan sedimen
non karbonat
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
batuan sedimen
Batuan sedimen adalah batuan
yang terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan yang berupa bahan lepas.
Menurut ( Pettijohn, 1975 ) batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari
akumulasi material hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil
aktivitas kimia maupun organisme, yang di endapkan lapis demi lapis pada
permukaan bumi yang kemudian mengalami pembatuan. Menurut Tucker (1991), 70 %
batuan di permukaan bumi berupa batuan sedimen. Tetapi batuan itu hanya 2 %
dari volume seluruh kerak bumi. Ini berarti batuan sedimen tersebar sangat luas
di permukaan bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis.
Volume batuan sedimen dan termasuk batuan
metasedimen hanya mengandung 5% yang diketahui di litosfera dengan ketebalan 10
mil di luar tepian benua, dimana batuan beku metabeku mengandung 95%. Sementara
itu, kenampakan di permukaan bumi, batuan-batuan sedimen menempati luas bumi
sebesar 75%, sedangkan singkapa dari batuan beku sebesar 25% saja. Batuan
sedimen dimulai dari lapisan yang tipis sekali sampai yang tebal sekali.
Ketebalan batuan sedimen antara 0 sampai 13 kilometer, hanya 2,2 kilometer
ketebalan yang tersingkap dibagian benua. Bentuk yang besar lainnya tidak
terlihat, setiap singkapan memiliki ketebalan yang berbeda dan singkapan umum
yang terlihat ketebalannya hanya 1,8 kilometer. Di dasar lautan dipenuhim oleh
sedimen dari pantai ke pantai. Ketebalan dari lapisan itu selalu tidak pasti
karena setiap saat selalu bertambah ketebalannya. Ketebalan yang dimiliki
bervariasi dari yang lebih tipis dari 0,2 kilometer sampai lebih dari 3
kilometer, sedangkan ketebalan rata-rata sekitar 1 kilometer (Endarto, 2005 ).
Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan
tersebar sangat luas dengan ketebalan antara beberapa centimetersampai beberapa
kilometer. Juga ukuran butirnya dari sangat halus sampai sangat kasar dan
beberapa proses yang penting lagi yang termasuk kedalam batuan sedimen.
Disbanding dengan batuan beku, batuan sedimen hanya merupakan tutupan kecil
dari kerak bumi. Batuan sedimen hanya 5% dari seluruh batuan-batuan yang
terdapat dikerak bumi. Dari jumlah 5% ini,batu lempung adalah 80%, batupasir 5%
dan batu gamping kira-kira 80% (Pettijohn, 1975).
Sedimen tidak hanya bersumber dari darat saja
tetapi dapat juga dari yang terakumulasi di tepi-tepi cekungan yang melengser
kebawah akibat gaya gravitasi. Meskipun secara teoritis dibawah permukaan air
tidak terjadi erosi, namun masih ada energy air, gelombang dan arus bawah
permukaan yang mengikis terumbu-terumbu karang di laut dan hasil kikisannya
terendapkan di sekitarnya. Material sedimen dapat berupa :
1.
Fragmen dan
mineral-mineral dari batuan yang sudah ada. Misalnya kerikil di sungai, pasir
di pantai dan lumpur di laut atau di danau.
2.
Material organik,
seperti terumbu koral di laut, sisa-sisa cangkang organism air
dan vegetasi di
rawa-rawa dangkal.
3. Hasil penguapan dan proses
kimia seperti garam di danau payau dankalsim karbonat di aut
2.2. Proses
sedimentasi
Batuan yang berasal dari hasil rombakan
berbagai jenis batuan adalah batuan sedimen. Batuan sedimen ini terbentuk
dengan proses pertama tentunya adalah pecahnya atau terabrasinya batuan sumber
yang kemudian hasil pecahannya tertransportasi dan mengendap di suatu area
tertentu. Proses-proses tersebut telah lazim disebut sebagai proses-proses
sedimentasi. Proses sedimentasi pada batuan sedimen klastik terdiri dari 2
proses, yakni proses sedimentasi secara mekanik dan proses sedimentasi secara
kimiawi.
2.2.1.
Proses sedimentasi mekanik
Proses sedimentasi secara mekanik merupakan proses dimana
butir-butir sedimen tertransportasi hingga diendapkan di suatu tempat. Proses
ini dipengaruhi oleh banyak hal dari luar. Transportasi butir-butir sedimen
dapat dipengaruhi oleh air, gravitasi, angin, dan es. Dalam cairan, terdapat
dua macam aliran, yakni laminar (yang tidak menghasilkan transportasi
butir-butir sedimen) dan turbulent (yang menghasilkan transportasi dan
pengendapan butir-butir sedimen). Arus turbulen ini membuat partikel atau
butiran-butiran sedimen mengendap secara suspensi, sehingga butiran-butiran
yang diendapkan merupakan butiran sedimen berbutir halus (pasir hingga
lempung). Proses sedimentasi yang dipengaruhi oleh gravitasi dibagi
menjadi 4, yakni yang dipengaruhi oleh arus turbidit, grain flows, aliran
sedimen cair, dan debris flows.
a) Arus turbiditi dipengaruhi oleh
aliran air dan juga gravitasi. Ciri utama pengendpan oleh arus ini adalah
butiran lebih kasar akan berada di bagian bawah pengendapan dan semakin halus
ke bagian atas pengendapan.
b) Grain flows biasanya
terjadi saat sedimen yang memiliki kemas dan sorting yang sangat baik jatuh
pada slope di bawah gravitasi. Biasanya sedimennya membentuk reverse grading.
c) Liquified sediment flows
merupakan hasil dari proses liquefaction.
d) Debris flows, volume sedimen
melebihi volume ar, dan menyebabka aliran dengan viskositas tinggi. Dengan
sedikit turbulens, sorting dari partikel mengecil dan akhirnya menghasilkan
endapan dengan sorting buruk.
2.2.2. Proses
sedimentasi kimiawi
Proses sedimentasi secara kimiawi terjadi saat
pori-pori yang berisi fluida menembus atau mengisi pori-pori batuan. Hal ini
juga berhubungan dnegan reaksi mineral pada batuan tersebut terhadap cairan
yang masuk tersebut. Berikut ini merupakan beberapa proses kimiawi dari
diagenesis batuan sedimen klastik:
a) Dissolution (pelarutan),
mineral melarut dan membentuk porositas sekunder.
b) Cementation (sementasi), pengendpan mineral
yang merupakan semen dari batuan, semen tersebut diendapkan pada saat proses
primer maupun sekunder.
c) Authigenesis, munulnya mineral
baru yang tumbuh pada pori-pori batuan
d) Recrystallization,
perubahan struktur kristal, namun kompsisi mineralnya tetap sama. Mineral yang
biasa terkristalisasi adalah kalsit.
e) Replacement, melarutnya satu mineral yang
kemudian terdapat mineral lain yang terbentuk dan menggantikan mineral tersebut
f) Compaction (kompaksi)
g)
Bioturbation
(bioturbasi), proses sedimentasi oleh hewan (makhluk hidup)
Dalam proses sedimentasi itu sendiri terdapat
yang disebut dengan diagenesis. Diagenesis memiliki tahapan-tahapan sebagai
berikut:
a) Eoldiagenesis
Tahap ini merupakan tahap awal dari
pengendapan sedimen. Dimana terjadi pembebanan, yang menyebabkan adanya
kompaksi pada tiap lapisan sedimennya. Pada tahap ini proses kompaksi
mendominasi
b) Mesodiagenesis = earlydiagenesis
c) Latelydiagenesis
Tahap mesogenesis ini
terjadi setelah melewati tahap eoldiagenesis. Pada tahap ini, kompaksi yang
sangat kuat disertai dnegan proses burial, menyebabkan kenaikan suhu dan
tekanan yang memicu terjadinya dissolution. Pada tahap ini proses yang
mendominasi adalah proses dissolution (pelarutan). Sampai dengan proses ini, dikategorikan
sebagai earlydiagenesis. Apabila setelah proses pelarutan, masih terjadi
burial, maka akan terjadi sementasi di sekitar butiran-butiran sedimen. (inilah
yang disebut dnegan latelydigenesis). Apabila kompaksi terus berlanjut, hingga
pada suhu 150 derajat celcius. Proses diagenesis akan berhenti dan digantikan
menjadi proses metamorfisme
d) Telodiagenesis
Sedangkan jika setelah tahapan mesodiagenesis terjadi
pengangkatan, dalam proses pengangkatan ini, keberadaan berbagai jenis air (air
meteorik, air tanah, dll) mempengaruhi susunan komposisi kimia batuan, sehingga
memungkinkan terjadinya authigenesis (pengisian mineral baru)
2.3.
macam-
macam batuan sedimen
2.3.1.
Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen klastik merupakan batuan
sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus atau pecahan batuan
asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf dan sedimen itu sendiri.
Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis, terbagi dalam dua golongan
besar dan pembagian ini berdasarkan ukuran besar butirnya. Cara terbentuknya
batuan tersebut berdasarkan proses pengendapan baik yang terbentuk dilingkungan
darat maupun dilingkungan laut. Batuan yang ukurannya besar seperti breksi
dapat terjadi pengendapan langsung dari ledakan gunungapi dan di endapkan
disekitar gunung tersebut dan dapat juga diendapkan dilingkungan sungai dan
batuan batupasir bisa terjadi dilingkungan laut, sungai dan danau. Semua batuan
diatas tersebut termasuk ke dalam golongan detritus kasar. Sementara itu,
golongan detritus halus terdiri dari batuan lanau, serpih dan batua lempung dan
napal. Batuan yang termasuk golongan ini pada umumnya di endapkan di lingkungan
laut dari laut dangkal sampai laut dalam.
Fragmentasi batuan asal tersebut dimulai dari
pelapukan mekanis maupun secara kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi
menuju suatu cekungan pengendapan. Setelah pengendapan berlangsung sedimen
mengalami diagenesa yakni, prosess- proses yang berlangsung pada temperatur
rendah di dalam suatu sedimen, selama dan sesudah litifikasi. Contohnya;
Breksi, Konglomerat, Standsstone (batu pasir), dan lain-lain.
Batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan
kembali detritus atau pecahan.batuan asal. Batuan
asal dapat berupa batuan beku, metamorf dan sedimen itu sendiri. (Pettjohn,
1975). Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis, terbagi dalam dua
golongan besar dan pembagian ini berdasarkan ukuran besar butirnya. Cara
terbentuknya batuan tersebut berdasarkan proses pengendapan baik yang terbentuk
dilingkungan darat maupun dilingkungan laut. Batuan yang ukurannya besar
seperti breksi dapat terjadi pengendapan langsung dari ledakan gunungapi dan di
endapkan disekitar gunung tersebut dan dapat juga diendapkan dilingkungan
sungai dan batuan batu pasir bisa terjadi dilingkungan laut, sungai dan danau.
Semua batuan diatas tersebut termasuk ke dalam golongan detritus kasar.
Sementara itu, golongan detritus halus terdiri dari batuan lanau, serpih dan
batua lempung dan napal. Batuan yang termasuk golongan ini pada umumnya di endapkan
di lingkungan laut dari laut dangkal sampai laut dalam (Pettjohn, 1975).
Fragmentasi batuan asal tersebut dimulaiu darin pelapukan mekanis maupun secara
kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan
pengendapan (Pettjohn, 1975).
Setelah pengendapan berlangsung sedimen
mengalami diagenesa yakni, proses proses-proses yang berlangsung pada
temperatur rendah di dalam suatu sedimen, selama dan sesudah litifikasi. Hal
ini merupakan proses yang mengubah suatu sedimen menjadi batuan keras (
Pettjohn, 1975).
Proses diagenesa antara lain :
a) Kompaksi Sedimen
Yaitu termampatnya butir sedimen satu terhadap
yang lain akibat tekanan dari berat beban di atasnya. Disini volume sedimen
berkurang dan hubungan antar butir yang satu dengan yang lain menjadi rapat.
b) Sementasi
Yaitu turunnya material-material di ruang
antar butir sedimen dan secara kimiawi mengikat butir-butir sedimen dengan yang
lain. Sementasi makin efektif bila derajat kelurusan larutan pada ruang butir
makin besar.
c)
Rekristalisasi
Yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari
suatu larutan kimia yang berasal dari pelarutan material sedimen selama
diagenesa atu sebelumnya. Rekristalisasi sangat umum terjadi pada pembentukan
batuan karbonat.
d) Autigenesis
tetbentuknya mineral baru di
lingkungan diagenesa, sehingga adanya mineral tersebut merupakan partikel baru
dlam suatu sedimen. Mineral autigenik ini yang umum diketahui sebagai berikut :
karbonat, silica, klorita, gypsum dan lain-lain.
e) Metasomatisme
Yaitu pergantian material sedimen oleh berbagai mineral
autigenik, tanpa pengurangan volume asal.
2.3.2. Batuan
Sedimen Non-Klastik
Batuan sedimen Non-Klastik merupakan batuan
sedimen yang terbentuk sebagai hasil penguapan suatu larutan, atau pengendapan
material di tempat itu juga (insitu). Proses pembentukan batuan sedimen
kelompok ini dapat secara kimiawi, biologi /organik, dan kombinasi di antara
keduanya (biokimia). Secara kimia, endapan terbentuk sebagai hasil reaksi
kimia, misalnya CaO + CO2 ® CaCO3. Secara organik adalah pembentukan sedimen
oleh aktivitas binatang atau tumbuh-tumbuhan, sebagai contoh pembentukan rumah
binatang laut (karang), terkumpulnya cangkang binatang (fosil), atau
terkuburnya kayu-kayuan sebagai akibat penurunan daratan menjadi laut.
Contohnya; Limestone (batu gamping), Coal (batu bara), dan lain-lain.
Batuan
sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari kegiatan
organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau reaksi
organik (Pettjohn, 1975). Menurut R.P. Koesoemadinata, 1981 batuan
sedimen dibedakan menjadi enam golongan yaitu :
a)
Golongan Detritus Kasar
Batuan sedimen diendapkan dengan proses
mekanis. Termasuk dalam golongan ini antara lain adalah breksi, konglomerat dan
batupasir. Lingkungan tempat pengendapan batuan ini di lingkungan sungai dan
danau atau laut.
b) Golongan Detritus
Halus
Batuan yang termasuk kedalam golongan ini
diendapkan di lingkungan laut dangkal sampai laut dalam. Yang termasuk ked ala golongan
ini adalah batu lanau, serpih, batu lempung dan Nepal.
c) Golongan
Karbonat
Batuan ini umum sekali terbentuk dari kumpulan
cangkang moluska, algae dan foraminifera. Atau oleh proses
pengendapan yang merupakan rombakan dari batuan yang terbentuk lebih dahulu dan
di endpkan disuatu tempat. Proses pertama biasa terjadi di lingkungan laut
litoras sampai neritik, sedangkan proses kedua di endapkan pada lingkungan laut
neritik sampai bahtial. Jenis batuan karbonat ini banyak sekali macamnya tergantung
pada material penyusunnya.
d) Golongan Silika
Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan
antara pross organik dan kimiawi untuk lebih menyempurnakannya. Termasuk
golongan ini rijang (chert), radiolarian dan tanah diatom. Batuan golongan ini
tersebarnya hanya sedikit dan terbatas sekali.
e) Golongan Evaporit
Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada
air yang memiliki larutan kimia yang cukup pekat. Pada umumnya batuan ini
terbentuk di lingkungan danau atau laut yang tertutup, sehingga sangat
memungkinkan terjadi pengayaan unsure-unsur tertentu. Dan faktor yang penting
juga adalah tingginya penguapan maka akan terbentuk suatu endapan dari larutan
tersebut. Batuan-batuan yang termasuk kedalam batuan ini adalah gip, anhidrit, batu
garam.
f) Golongan
Batubara
Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organik yaitu dari
tumbuh-tumbuhan. Dimana sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat tertimbun
oleh suatu lapisan yang tebsl di atasnya sehingga tidak akan memungkinkan terjadinya
pelapukan. Lingkungan terbentuknya batubara adalah khusus sekali, ia harus
memiliki banyak sekali tumbuhan sehingga kalau timbunan itu mati tertumpuk
menjadi satu di tempat tersebut.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Batubara
Nomor
Urut : 01
Nomor
Peraga : -
Warna
Lapuk : coklat
Warna
Segar : hitam
Jenis
Batuan : Sedimen non Karbonat
Tekstur : Non-Klastik
Komposisi
Mineral : Karbon (C)
Struktur : Tidak Berlapis
Nama
Batuan : Batubara
Simbol Batuan :
3.1.2 Lempung
Nomor
Urut : 02
Nomor
Peraga : -
Warna
Lapuk : coklat
Warna
Segar : abu-abu
Jenis
Batuan : Sedimen non Karbonat
Tekstur : klastik
- ukuran butir :
lempung (<256 mm SKALA WENWORTH)
- Bentuk butir :
Disk (tabular)
- roundes :
rounded (membulat)
- sortasi :
baik
- kemas :
tertutup
Komposisi
Mineral : karbon (c)
Struktur : Berlapis
Nama
Batuan : LEMPUNG
simbol Batuan :
3.1.3 Batupasir Kuarsa
Nomor
Urut : 03
Nomor
Peraga : -
Warna
Lapuk : coklat
Warna
Segar : putih
Jenis
Batuan : Sedimen non Karbonat
Tekstur : klastik
- ukuran butir :
pasir sedang ( ¼ - ½ mm SKALA WENWORTH)
- Bentuk butir :
kubus
- roundess :
angular (menyudut)
- sortasi :
baik
- kemas :
terbuka
Komposisi
Mineral : kuarsa (SiO2 )
Struktur : tidak berlapis
Nama
Batuan : Batupasir
kuarsa
Simbol
Batuan :
3.1.4 Rijang merah
Nomor
Urut : 04
Nomor
Peraga : -
Warna
Lapuk : coklat
Warna
Segar : merah kecoklatan
Jenis
Batuan : Sedimen non Karbonat
Tekstur : Non-Klastik
Komposisi
Mineral : silica (SiO2)
Struktur : Tidak Berlapis
Nama
Batuan : Rijang
merah
Simbol batuan :
3.1.2 Konglomerat
Nomor
Urut : 05
Nomor
Peraga : -
Warna
Lapuk : kuning kecoklatan
Warna
Segar : abu-abu
Jenis
Batuan : Sedimen non Karbonat
Tekstur : klastik
- ukuran butir :
pasir sedang ( 4-64 mm SKALA WENWORTH)
- Bentuk butir :
blades ( lembaran memanjang)
- roundess :
sub rounded ( membulat tanggung)
- sortasi :
moderately sorter
- kemas :
tertutup
Komposisi
Mineral : kuarsa (SiO2 )
Material
|
Nama
|
Bentuk
|
Roundess
|
Ukuran
|
%
|
Fragmen
Matriks
Semen
|
Kuarsa
Rijang
-
|
Blades
Blades
-
|
Sub rounded
Sub rounded
-
|
6-64mm
2-4 mm
-
|
45%
35%
20%
|
Struktur : tidak berlapis
Nama
Batuan : Konglomerat
Simbol Batuan :
3.2.
Pembahasan
3.2.1
Batubara
Batubara merupakan batuan yang mempunyai warna segar
hitam, dengan warna lapuk yang berwarna coklat, bauan ini termasuk ke dalam
jenis batuan non karbonat dengan mempunyai tekstur yang klastik dan mempunyai
kemas yang tertutup komposisi mineral pada batuan ini adalah karbon (C) dan mempunyai struktur yang tidak berlapis.
Prosess terbentuknya batubara yaitu terdapat dua model
formasi pembentuk batubara yaitu :
1). Model Formasi Insitu
Menurut teori ini, batubara
terbentuk pada lokasi dimana pohon-pohon atau tumbuhan kuno pembentukya tumbuh.
Lingkungan tempat tumbuhnya pohon-pohon kayu pembentuk batubara itu adalah pada
daerah rawa atau hutan basah. Kejadian pembentukannya diawali dengan tumbangnya
pohon-pohon kuno tersebut, disebabkan oleh berbagai faktor, seperti angin
(badai), dan peristiwa alam lainnya. Pohon-pohon yang tumbang tersebut langsung
tenggelam ke dasar rawa. Air hujan yang masuk ke rawa dengan membawa tanah atau
batuan yang tererosi pada daerah sekitar rawa akan menjadikan pohon-pohon tersebut
tetap tenggelam dan tertimbun.
2) Model Formasi Transportasi Material (Teori Drift)
Berdasarkan teori drift ini,
batubara terbentuk dari timbunan pohon-pohon kuno atau sisa-sisa tumbuhan yang
tertransportasikan oleh air dari tempat tumbuhnya. Dengan kata lain pohon-pohon
pembentuk batubara itu tumbang pada lokasi tumbuhnya dan dihanyutkan oleh air
sampai berkumpul pada suatu cekungan dan selanjutnya mengalami proses
pembenaman ke dasar cekungan, lalu ditimbun oleh tanah yang terbawa oleh air
dari lokasi sekitar cekungan.
Seterusnya dengan perjalanan waktu
yang panjang dan dipengaruhi oleh tekanan dan panas, maka terjadi perubahan
terhadap pohon-pohon atau sisa tumbuhan itu mulai dari fase penggambutan sampai
pada fase pembatubaraan.
Batuan nini biasa berasosiasi dengan
batuan lanau dan lempung ataupun batuan sedimen hasil dari bawaan transportasi
dari air, kegunaan dari batubara yaitu sebagai bahan bakar, sumber energi fosil
alternative, biasa terdapat di daerah atau area yang sangat luas, hulu sungai, area
berawa dan daerah yang mempunyai pepohonan yang benyak , akan tetapi tipe
daerah tersebut tidak dapat menjamin sepenuhnya sebab batubara terbentuknya
jutaan tahun yang lalu. Batuabara di tambang dengan cara open pit dan biasa
pula underground mining.
3.2.2
Lempung
Lempung
merupakan batuan sedimen non karbonat yang mempunyai warna lapuk coklat
dengan warna segar abu-abu, batuan ini mempunyai tekstur yang klastik, tekstur
ini meliputi ukuran butir yaitu pasir sedang (<1/256 mm) WENTWORTH, bentuk
butir kubus dengan roundness atau kebundaran yaitu rounded dengan sortasi atau
pemilahan yang buruk. Dan kemas yang terbuka. Mineral pembentuk batuan ini
yaitu karbon (C), serta batupasir kuarsa mempunyai struktur yang berlapis.
Mineral lempung biasanya terbentuk selama jangka waktu yang lama
oleh bertahap kimia pelapukan batuan, biasanya silikat-bantalan, dengan konsentrasi rendah asam karbonat dan diencerkan lainnya pelarut . Pelarut
ini, biasanya asam, bermigrasi melalui batuan pelapukan setelah pencucian melalui lapisan lapuk atas. Selain proses pelapukan, beberapa
mineral lempung yang dibentuk oleh hidrotermal. batuan ini berasosiasidengan batuan
lanau dan batuan yang lainnya . batuan ini berguna sebagai bahan pembuatan
gerabah atau keramik, batako dan lain sebagainya. Cara penambangannya yaitu
dengan cara tambang terbuka.
3.2.3. Batu
pasir kuarsa
Batu pasir merupakan batuan sedimen non karbonat yang
mempunyai warna lapuk coklat dengan warna segar putih, batuan ini mempunyai
tekstur yang klastik, tekstur ini meliputi ukuran butir yaitu pasir sedang
(1/4-1/2 mm) WENTWORTH, baentuk butir kubus dengan roudness atau kebundaran
yaiturounded dengan sortasi atau pemilahan yang buruk. Dan kemas yang terbuka.
Mineral pembentuk batuan ini yaitu kuarsa (SiO2), serta batupasir kuarsa
mempunyai struktur yang tidak berlapis.
Batu
pasir kuarsa terbentuk dari Kristal-kristal silica (SiO2) dan mengandung
senyawa pengotor yang terbawa selama proses pengendapan, pasir kuarsa juga di
kenal dengan nama pasir putih yang merupakan hasil dari pelapukan batuan yang
mengandung seperti kuarsa dan feldspar kemudian tercuci dan terbawa oleh air
atau angina yang kemudian terendapkan di tepi-tepi sungai, danau dan laut.
Batuan ini biasa di gunakan sebagai dasar atau bahan tambahan pada pembuatan
jalan atau airport, juga untuk pembuatan jalan raya, bahan bangunan dan juga
untuk aspal. Batuan ini di tambang dengan cara tambang terbuka (open pit)
dengan metode tambang kuary.
3.2.4. Batu
rijang merah
Rijang merah merupakan batuan sedimen yang non
karbonat yang mempunyai warna lapuk coklat dengan warna segar merah ke coklatan
, batuan ini mempunyai tekstur yang non klastik dengan structure yang tidak
berlapis dan mempunyai komposisi mineral
(SiO2).
Batuan
yang merupakan batuan sedimen non klastik ini di endapkan di laut dalam yang
tersusun dari sisa organisme penghasil silica sperti diatora dan dan
radiolarian, endapan tersebut di hasilkan dari hasil pemadatan dari hasil
rekristalisasi dari lumpur silica organic yang terakumulasi pada lautan yang
dalam, lumpur tersebut berkumpul di bawah zona-zona plagtonik radiolarian dan
diatora saat hidup di permukaan air dengan suhu yang hangat. Ketika organisme
itu mati dan terendapkan di dasar laut dan terjadi proses kimiawi pembentuk
batu rijang.
Batuan
ini di gunakan untuk pembuatan senjata dan peralatan seperti pedang, mata anak
panah, pisau, kapak pada masa zaman
batu. Akan tetapi pada masa ini rijang di gunakan sebagai ornament-ornamen batu
permata, dan cara penambangan batuan ini dengan cara tambang terbuka.
3.2.5
Konglomerat
Konglomerat
merupakan batuan sedimen non karbonat yang mempunyai warna lapuk kuning
kecoklatan dengan warna segar abu-abu, batuan ini mempunyai tekstur yang
klastik, tekstur ini meliputi ukuran butir yaitu kerakal 4-64 mm (SKALA
WENTWORTH), baentuk butir kubus dengan roudness atau kebundaran yaitu rounded
dengan sortasi atau pemilahan yang buruk. Dan kemas yang terbuka, serta
konglomerat mempunyai struktur yang tidak berlapis. Komposisi mineral pada
batauan ini yaitu :
- Kuarsa
Pada batuan ini kuarsa merupakan material fragmen
dengan bentuk blades dengan roundess sub rounded dengan ukuran 4-64 mm dengan
persentase 45% dari batuan konlomerat.
- Rijang
Pada batuan ini rijang sebagai matriks dengan bentuk
blades dan roundess yaitu sub rounded dengan ukuran 2-4 mm dengan persentase 35
%.
Konglomerat merupakan suatu bentukan fragmen dari proses sedimentasi,
batuan yang berbutir kasar, terdiri atas fragmen dengan bentuk membundar dengan
ukuran lebih besar dari 2mm yang berada ditengah-tengah semen yang tersusun
oleh batupasir dan diperkuat & dipadatkan lagi kerikil. Dalam
pembentukannya membutuhkan energi yang cukup besar untuk menggerakan fragmen
yang cukup besar biasanya terjadi pada sistem sungai dan pantai.
Konglomerat adalah batuan sedimen yang tersusun dari bahan-bahan dengan
ukuran berbeda dan bentuk membulat yang direkat menjadi batuan padat. Bentuk
fragmen yang membulat akibat adanya aktivitas air, umumnya terdiri atas mineral
atau batuan yang mempunyai ketahanan dan diangkut jauh dari sumbernya. Di
antara fragmen- fragmen konglomerat diisi oleh sedimen-sedimen halus sebagai
perekat yang umumnya terdiri atas Oksida Besi, Silika, dan Kalsit.
Fragmen-fragmen konglomerat dapat terdiri atas satu jenis mineral atau batuan
atau beraneka macam campuran. Seperti halnya breksi, sifatnya yang heterogen
menjadikan berwarna-warni. Konglomerat umumnya diendapkan pada air dangkal. Batuan ini di gunakan sebagai pondasi bangunan
, interior ruangan, dan sebagainya, dan cara penambangn batuan ini yaitu
tambang terbuka dengan system quary.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang
kita lakukan kami dapat menyimpuklan bahwa batuan sedimen non karbonat
merupakan batuan yang tidak mengandung unsur karbonat, berdasarkan proses
terbentuknya batuan sedimen terbagi atas batuan sedimen klastik dan non klastik
dimana pada bahan percobaan dari 5 sampel di dapatkan batuan sedimen non
karbonat yang klasik adalah lempung, batupasir kuarsa, dan konglomerat
sedangkan yang non klastik adalah batubara dan rijang merah
4.2 Saran
Saran agar di berikan tanda nomor peraga di setiap
sampel batuan agar lebih mudah praktikan mendeskripsi batuan dan tidak terjadi
kehilangan.
DAFTAR PUSTAKA
Asisten, coorps. 2015.
Penuntun praktikum petrologi UMI : makassar.
Graha, doddy setia.1978 batuan dan
mineral. Nova : BANDUNG.
Simon and schuter. 1987. Rocks and
mineral. Fireside new york.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar