Senin, 25 Mei 2015



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan yang berupa bahan lepas.  Menurut ( Pettijohn, 1975 ) batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun organisme, yang di endapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami pembatuan. Menurut Tucker (1991), 70 % batuan di permukaan bumi berupa batuan sedimen. Tetapi batuan itu hanya 2 % dari volume seluruh kerak bumi. Ini berarti batuan sedimen tersebar sangat luas di permukaan bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis.
           Pada batuan sedimen khususnya batuan sedimen non karbonat mempunyai nilai ekonomis baik itu mineral, batubara, ataupun gas dan minyak bumi. Proses sedimentasi berperan besar di dalam pembentukannya oleh karena itu pada praktikum ini kita akan mempelajari tentang batuan sedimen khususnya sedimen non karbonat.
1.2 Maksud dan tujuan
1.2.1 Maksud
           Kami dapat memahami dan mendeskripsikan batuan sedimen khususnya pada batuan sedimen non karbonat
1.2.2 Tujuan
- kami dapat memahami pembentukan batuan sedimen non karbonat
- kami dapat memahamimaterial penyusun batuan sedimen non karbonat
- kami dapat menjelaskan tekstur dan struktur batuan sedimen non karbonat.
1.3.  Alat dan bahan
1.3.1 Alat
- alat tuslis menulis
- Loop
- Lap kasar
- Lap halus
1.3.2 bahan
- Batuan sedimen non karbonat
















BAB II
LANDASAN TEORI
2.1  Pengertian batuan sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan yang berupa bahan lepas.  Menurut ( Pettijohn, 1975 ) batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun organisme, yang di endapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami pembatuan. Menurut Tucker (1991), 70 % batuan di permukaan bumi berupa batuan sedimen. Tetapi batuan itu hanya 2 % dari volume seluruh kerak bumi. Ini berarti batuan sedimen tersebar sangat luas di permukaan bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis.
Volume batuan sedimen dan termasuk batuan metasedimen hanya mengandung 5% yang diketahui di litosfera dengan ketebalan 10 mil di luar tepian benua, dimana batuan beku metabeku mengandung 95%. Sementara itu, kenampakan di permukaan bumi, batuan-batuan sedimen menempati luas bumi sebesar 75%, sedangkan singkapa dari batuan beku sebesar 25% saja. Batuan sedimen dimulai dari lapisan yang tipis sekali sampai yang tebal sekali. Ketebalan batuan sedimen antara 0 sampai 13 kilometer, hanya 2,2 kilometer ketebalan yang tersingkap dibagian benua. Bentuk yang besar lainnya tidak terlihat, setiap singkapan memiliki ketebalan yang berbeda dan singkapan umum yang terlihat ketebalannya hanya 1,8 kilometer. Di dasar lautan dipenuhim oleh sedimen dari pantai ke pantai. Ketebalan dari lapisan itu selalu tidak pasti karena setiap saat selalu bertambah ketebalannya. Ketebalan yang dimiliki bervariasi dari yang lebih tipis dari 0,2 kilometer sampai lebih dari 3 kilometer, sedangkan ketebalan rata-rata sekitar 1 kilometer (Endarto, 2005 ).

Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan ketebalan antara beberapa centimetersampai beberapa kilometer. Juga ukuran butirnya dari sangat halus sampai sangat kasar dan beberapa proses yang penting lagi yang termasuk kedalam batuan sedimen. Disbanding dengan batuan beku, batuan sedimen hanya merupakan tutupan kecil dari kerak bumi. Batuan sedimen hanya 5% dari seluruh batuan-batuan yang terdapat dikerak bumi. Dari jumlah 5% ini,batu lempung adalah 80%, batupasir 5% dan batu gamping kira-kira 80% (Pettijohn, 1975).
Sedimen tidak hanya bersumber dari darat saja tetapi dapat juga dari yang terakumulasi di tepi-tepi cekungan yang melengser kebawah akibat gaya gravitasi. Meskipun secara teoritis dibawah permukaan air tidak terjadi erosi, namun masih ada energy air, gelombang dan arus bawah permukaan yang mengikis terumbu-terumbu karang di laut dan hasil kikisannya terendapkan di sekitarnya. Material sedimen dapat berupa :
1.     Fragmen dan mineral-mineral dari batuan yang sudah ada. Misalnya kerikil di sungai, pasir di pantai dan lumpur di laut atau di danau.
2.      Material organik, seperti terumbu koral di laut, sisa-sisa cangkang organism air dan vegetasi di rawa-rawa dangkal.
3.    Hasil penguapan dan proses kimia seperti garam di danau payau dankalsim karbonat di aut

2.2.   Proses sedimentasi

Batuan yang berasal dari hasil rombakan berbagai jenis batuan adalah batuan sedimen. Batuan sedimen ini terbentuk dengan proses pertama tentunya adalah pecahnya atau terabrasinya batuan sumber yang kemudian hasil pecahannya tertransportasi dan mengendap di suatu area tertentu. Proses-proses tersebut telah lazim disebut sebagai proses-proses sedimentasi. Proses sedimentasi pada batuan sedimen klastik terdiri dari 2 proses, yakni proses sedimentasi secara mekanik dan proses sedimentasi secara kimiawi.

2.2.1.         Proses sedimentasi mekanik

Proses sedimentasi secara mekanik merupakan proses dimana butir-butir sedimen tertransportasi hingga diendapkan di suatu tempat. Proses ini dipengaruhi oleh banyak hal dari luar. Transportasi butir-butir sedimen dapat dipengaruhi oleh air, gravitasi, angin, dan es. Dalam cairan, terdapat dua macam aliran, yakni laminar (yang tidak menghasilkan transportasi butir-butir sedimen) dan turbulent (yang menghasilkan transportasi dan pengendapan butir-butir sedimen). Arus turbulen ini membuat partikel atau butiran-butiran sedimen mengendap secara suspensi, sehingga butiran-butiran yang diendapkan merupakan butiran sedimen berbutir halus (pasir hingga lempung). Proses sedimentasi yang dipengaruhi oleh gravitasi dibagi menjadi  4, yakni yang dipengaruhi oleh arus turbidit, grain flows, aliran sedimen cair, dan debris flows.
a)     Arus turbiditi dipengaruhi oleh aliran air dan juga gravitasi. Ciri utama pengendpan oleh arus ini adalah butiran lebih kasar akan berada di bagian bawah pengendapan dan semakin halus ke bagian atas pengendapan.
b)      Grain flows biasanya terjadi saat sedimen yang memiliki kemas dan sorting yang sangat baik jatuh pada slope di bawah gravitasi. Biasanya sedimennya membentuk reverse grading.
c)      Liquified sediment flows merupakan hasil dari proses liquefaction.
d)     Debris flows, volume sedimen melebihi volume ar, dan menyebabka aliran dengan viskositas tinggi. Dengan sedikit turbulens, sorting dari partikel mengecil dan akhirnya menghasilkan endapan dengan sorting buruk.

2.2.2.      Proses sedimentasi kimiawi

Proses sedimentasi secara kimiawi terjadi saat pori-pori yang berisi fluida menembus atau mengisi pori-pori batuan. Hal ini juga berhubungan dnegan reaksi mineral pada batuan tersebut terhadap cairan yang masuk tersebut. Berikut ini merupakan beberapa proses kimiawi dari diagenesis batuan sedimen klastik:
a)      Dissolution (pelarutan), mineral melarut dan membentuk porositas sekunder.
b)     Cementation (sementasi), pengendpan mineral yang merupakan semen dari batuan, semen tersebut diendapkan pada saat proses primer maupun sekunder.
c)     Authigenesis, munulnya mineral baru yang tumbuh pada pori-pori batuan
d)       Recrystallization, perubahan struktur kristal, namun kompsisi mineralnya tetap sama. Mineral yang biasa terkristalisasi adalah kalsit.
e)      Replacement, melarutnya satu mineral yang kemudian terdapat mineral lain yang terbentuk dan menggantikan mineral tersebut
f)      Compaction (kompaksi)
g)      Bioturbation (bioturbasi), proses sedimentasi oleh hewan (makhluk hidup)
Dalam proses sedimentasi itu sendiri terdapat yang disebut dengan diagenesis. Diagenesis memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut:
a)      Eoldiagenesis
Tahap ini merupakan tahap awal dari pengendapan sedimen. Dimana terjadi pembebanan, yang menyebabkan adanya kompaksi pada tiap lapisan sedimennya. Pada tahap ini proses kompaksi mendominasi
b)    Mesodiagenesis = earlydiagenesis
c)     Latelydiagenesis
Tahap mesogenesis ini terjadi setelah melewati tahap eoldiagenesis. Pada tahap ini, kompaksi yang sangat kuat disertai dnegan proses burial, menyebabkan kenaikan suhu dan tekanan yang memicu terjadinya dissolution. Pada tahap ini proses yang mendominasi adalah proses dissolution (pelarutan). Sampai dengan proses ini, dikategorikan sebagai earlydiagenesis. Apabila setelah proses pelarutan, masih terjadi burial, maka akan terjadi sementasi di sekitar butiran-butiran sedimen. (inilah yang disebut dnegan latelydigenesis). Apabila kompaksi terus berlanjut, hingga pada suhu 150 derajat celcius. Proses diagenesis akan berhenti dan digantikan menjadi proses metamorfisme
d)     Telodiagenesis
Sedangkan jika setelah tahapan mesodiagenesis terjadi pengangkatan, dalam proses pengangkatan ini, keberadaan berbagai jenis air (air meteorik, air tanah, dll) mempengaruhi susunan komposisi kimia batuan, sehingga memungkinkan terjadinya authigenesis (pengisian mineral baru)
2.3.        macam- macam batuan sedimen
2.3.1.   Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus atau pecahan batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf dan sedimen itu sendiri. Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis, terbagi dalam dua golongan besar dan pembagian ini berdasarkan ukuran besar butirnya. Cara terbentuknya batuan tersebut berdasarkan proses pengendapan baik yang terbentuk dilingkungan darat maupun dilingkungan laut. Batuan yang ukurannya besar seperti breksi dapat terjadi pengendapan langsung dari ledakan gunungapi dan di endapkan disekitar gunung tersebut dan dapat juga diendapkan dilingkungan sungai dan batuan batupasir bisa terjadi dilingkungan laut, sungai dan danau. Semua batuan diatas tersebut termasuk ke dalam golongan detritus kasar. Sementara itu, golongan detritus halus terdiri dari batuan lanau, serpih dan batua lempung dan napal. Batuan yang termasuk golongan ini pada umumnya di endapkan di lingkungan laut dari laut dangkal sampai laut dalam.
Fragmentasi batuan asal tersebut dimulai dari pelapukan mekanis maupun secara kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan. Setelah pengendapan berlangsung sedimen mengalami diagenesa yakni, prosess- proses yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen, selama dan sesudah litifikasi. Contohnya; Breksi, Konglomerat, Standsstone (batu pasir), dan lain-lain.
Batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus atau pecahan.batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf dan sedimen itu sendiri. (Pettjohn, 1975). Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis, terbagi dalam dua golongan besar dan pembagian ini berdasarkan ukuran besar butirnya. Cara terbentuknya batuan tersebut berdasarkan proses pengendapan baik yang terbentuk dilingkungan darat maupun dilingkungan laut. Batuan yang ukurannya besar seperti breksi dapat terjadi pengendapan langsung dari ledakan gunungapi dan di endapkan disekitar gunung tersebut dan dapat juga diendapkan dilingkungan sungai dan batuan batu pasir bisa terjadi dilingkungan laut, sungai dan danau. Semua batuan diatas tersebut termasuk ke dalam golongan detritus kasar. Sementara itu, golongan detritus halus terdiri dari batuan lanau, serpih dan batua lempung dan napal. Batuan yang termasuk golongan ini pada umumnya di endapkan di lingkungan laut dari laut dangkal sampai laut dalam (Pettjohn, 1975). Fragmentasi batuan asal tersebut dimulaiu darin pelapukan mekanis maupun secara kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan (Pettjohn, 1975).
Setelah pengendapan berlangsung sedimen mengalami diagenesa yakni, proses proses-proses yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen, selama dan sesudah litifikasi. Hal ini merupakan proses yang mengubah suatu sedimen menjadi batuan keras ( Pettjohn, 1975).
Proses diagenesa antara lain :
a)        Kompaksi Sedimen
Yaitu termampatnya butir sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan dari berat beban di atasnya. Disini volume sedimen berkurang dan hubungan antar butir yang satu dengan yang lain menjadi rapat.
b)        Sementasi
Yaitu turunnya material-material di ruang antar butir sedimen dan secara kimiawi mengikat butir-butir sedimen dengan yang lain. Sementasi makin efektif bila derajat kelurusan larutan pada ruang butir makin besar.
c)         Rekristalisasi
Yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang berasal dari pelarutan material sedimen selama diagenesa atu sebelumnya. Rekristalisasi sangat umum terjadi pada pembentukan batuan karbonat.
d)        Autigenesis
tetbentuknya mineral baru di lingkungan diagenesa, sehingga adanya mineral tersebut merupakan partikel baru dlam suatu sedimen. Mineral autigenik ini yang umum diketahui sebagai berikut : karbonat, silica, klorita, gypsum dan lain-lain.
e)        Metasomatisme
Yaitu pergantian material sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa pengurangan volume asal.
2.3.2.  Batuan Sedimen Non-Klastik

Batuan sedimen Non-Klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk sebagai hasil penguapan suatu larutan, atau pengendapan material di tempat itu juga (insitu). Proses pembentukan batuan sedimen kelompok ini dapat secara kimiawi, biologi /organik, dan kombinasi di antara keduanya (biokimia). Secara kimia, endapan terbentuk sebagai hasil reaksi kimia, misalnya CaO + CO2 ® CaCO3. Secara organik adalah pembentukan sedimen oleh aktivitas binatang atau tumbuh-tumbuhan, sebagai contoh pembentukan rumah binatang laut (karang), terkumpulnya cangkang binatang (fosil), atau terkuburnya kayu-kayuan sebagai akibat penurunan daratan menjadi laut. Contohnya; Limestone (batu gamping), Coal (batu bara), dan lain-lain.
Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari kegiatan organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau reaksi organik (Pettjohn, 1975). Menurut R.P. Koesoemadinata, 1981 batuan sedimen dibedakan menjadi enam golongan yaitu :
a)                  Golongan Detritus Kasar
Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis. Termasuk dalam golongan ini antara lain adalah breksi, konglomerat dan batupasir. Lingkungan tempat pengendapan batuan ini di lingkungan sungai dan danau atau laut.
b)        Golongan Detritus Halus
Batuan yang termasuk kedalam golongan ini diendapkan di lingkungan laut dangkal sampai laut dalam. Yang termasuk ked ala golongan ini adalah batu lanau, serpih, batu lempung dan Nepal.
c)        Golongan Karbonat
Batuan ini umum sekali terbentuk dari kumpulan cangkang moluska, algae dan foraminifera. Atau oleh proses pengendapan yang merupakan rombakan dari batuan yang terbentuk lebih dahulu dan di endpkan disuatu tempat. Proses pertama biasa terjadi di lingkungan laut litoras sampai neritik, sedangkan proses kedua di endapkan pada lingkungan laut neritik sampai bahtial. Jenis batuan karbonat ini banyak sekali macamnya tergantung pada material penyusunnya.
d)        Golongan Silika
Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara pross organik dan kimiawi untuk lebih menyempurnakannya. Termasuk golongan ini rijang (chert), radiolarian dan tanah diatom. Batuan golongan ini tersebarnya hanya sedikit dan terbatas sekali.
e)        Golongan Evaporit
Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki larutan kimia yang cukup pekat. Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau atau laut yang tertutup, sehingga sangat  memungkinkan terjadi pengayaan unsure-unsur tertentu. Dan faktor yang penting juga adalah tingginya penguapan maka akan terbentuk suatu endapan dari larutan tersebut. Batuan-batuan yang termasuk kedalam batuan ini adalah gip, anhidrit, batu garam.
f)         Golongan Batubara
Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organik yaitu dari tumbuh-tumbuhan. Dimana sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang tebsl di atasnya sehingga tidak akan memungkinkan terjadinya pelapukan. Lingkungan terbentuknya batubara adalah khusus sekali, ia harus memiliki banyak sekali tumbuhan sehingga kalau timbunan itu mati tertumpuk menjadi satu di tempat tersebut.















BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1       Hasil
3.1.1    Batubara
Nomor Urut             : 01
Nomor Peraga          : -
Warna Lapuk           : coklat
Warna Segar             : hitam
Jenis Batuan             : Sedimen non Karbonat
Tekstur                     : Non-Klastik
Komposisi Mineral   : Karbon (C)
Struktur                    : Tidak Berlapis
Nama Batuan           : Batubara
Simbol Batuan         :









3.1.2    Lempung
Nomor Urut             : 02
Nomor Peraga          : -
Warna Lapuk           : coklat
Warna Segar             : abu-abu
Jenis Batuan             : Sedimen non Karbonat
Tekstur                     : klastik
- ukuran butir           : lempung (<256 mm SKALA WENWORTH)
- Bentuk butir           : Disk (tabular)
- roundes                  : rounded (membulat)
- sortasi                     : baik
- kemas                     : tertutup
Komposisi Mineral   : karbon (c)
Struktur                    : Berlapis
Nama Batuan           : LEMPUNG
simbol Batuan          :








3.1.3    Batupasir Kuarsa
Nomor Urut             : 03
Nomor Peraga          : -
Warna Lapuk           : coklat
Warna Segar             : putih
Jenis Batuan             : Sedimen non Karbonat
Tekstur                     : klastik
- ukuran butir           : pasir sedang ( ¼ - ½   mm SKALA WENWORTH)
- Bentuk butir           : kubus
- roundess                 : angular (menyudut)
- sortasi                     : baik
- kemas                     : terbuka
Komposisi Mineral   : kuarsa (SiO2 )
Struktur                    : tidak berlapis
Nama Batuan           : Batupasir kuarsa
Simbol Batuan         :








3.1.4    Rijang merah
Nomor Urut             : 04
Nomor Peraga          : -
Warna Lapuk           : coklat
Warna Segar             : merah kecoklatan
Jenis Batuan             : Sedimen non Karbonat
Tekstur                     : Non-Klastik
Komposisi Mineral   : silica (SiO2)
Struktur                    : Tidak Berlapis
Nama Batuan           : Rijang merah
Simbol batuan          :
                                  










3.1.2    Konglomerat
Nomor Urut             : 05
Nomor Peraga          : -
Warna Lapuk           : kuning kecoklatan
Warna Segar             : abu-abu
Jenis Batuan             : Sedimen non Karbonat
Tekstur                     : klastik
- ukuran butir           : pasir sedang ( 4-64   mm SKALA WENWORTH)
- Bentuk butir           : blades ( lembaran memanjang)
- roundess                 : sub rounded ( membulat tanggung)
- sortasi                     : moderately sorter
- kemas                     : tertutup
Komposisi Mineral   : kuarsa (SiO2 )
Material
Nama
Bentuk
Roundess
Ukuran
%
Fragmen
Matriks
Semen
Kuarsa
Rijang
-
Blades
Blades
-
Sub rounded
Sub rounded
-
6-64mm
2-4 mm
-
45%
35%
20%

Struktur                    : tidak berlapis
Nama Batuan           : Konglomerat
Simbol Batuan         :            



3.2. Pembahasan
3.2.1 Batubara
Batubara merupakan batuan yang mempunyai warna segar hitam, dengan warna lapuk yang berwarna coklat, bauan ini termasuk ke dalam jenis batuan non karbonat dengan mempunyai tekstur yang klastik dan mempunyai kemas yang tertutup komposisi mineral pada batuan ini adalah karbon (C)  dan mempunyai struktur yang tidak berlapis.
Prosess terbentuknya batubara yaitu terdapat dua model formasi pembentuk batubara yaitu :
1). Model Formasi Insitu
Menurut teori ini, batubara terbentuk pada lokasi dimana pohon-pohon atau tumbuhan kuno pembentukya tumbuh. Lingkungan tempat tumbuhnya pohon-pohon kayu pembentuk batubara itu adalah pada daerah rawa atau hutan basah. Kejadian pembentukannya diawali dengan tumbangnya pohon-pohon kuno tersebut, disebabkan oleh berbagai faktor, seperti angin (badai), dan peristiwa alam lainnya. Pohon-pohon yang tumbang tersebut langsung tenggelam ke dasar rawa. Air hujan yang masuk ke rawa dengan membawa tanah atau batuan yang tererosi pada daerah sekitar rawa akan menjadikan pohon-pohon tersebut tetap tenggelam dan tertimbun.

2) Model Formasi Transportasi Material (Teori Drift)
Berdasarkan teori drift ini, batubara terbentuk dari timbunan pohon-pohon kuno atau sisa-sisa tumbuhan yang tertransportasikan oleh air dari tempat tumbuhnya. Dengan kata lain pohon-pohon pembentuk batubara itu tumbang pada lokasi tumbuhnya dan dihanyutkan oleh air sampai berkumpul pada suatu cekungan dan selanjutnya mengalami proses pembenaman ke dasar cekungan, lalu ditimbun oleh tanah yang terbawa oleh air dari lokasi sekitar cekungan.
Seterusnya dengan perjalanan waktu yang panjang dan dipengaruhi oleh tekanan dan panas, maka terjadi perubahan terhadap pohon-pohon atau sisa tumbuhan itu mulai dari fase penggambutan sampai pada fase pembatubaraan.
Batuan nini biasa berasosiasi dengan batuan lanau dan lempung ataupun batuan sedimen hasil dari bawaan transportasi dari air, kegunaan dari batubara yaitu sebagai bahan bakar, sumber energi fosil alternative, biasa terdapat di daerah atau area yang sangat luas, hulu sungai, area berawa dan daerah yang mempunyai pepohonan yang benyak , akan tetapi tipe daerah tersebut tidak dapat menjamin sepenuhnya sebab batubara terbentuknya jutaan tahun yang lalu. Batuabara di tambang dengan cara open pit dan biasa pula underground mining.

3.2.2 Lempung


            Lempung  merupakan batuan sedimen non karbonat yang mempunyai warna lapuk coklat dengan warna segar abu-abu, batuan ini mempunyai tekstur yang klastik, tekstur ini meliputi ukuran butir yaitu pasir sedang (<1/256 mm) WENTWORTH, bentuk butir kubus dengan roundness atau kebundaran yaitu rounded dengan sortasi atau pemilahan yang buruk. Dan kemas yang terbuka. Mineral pembentuk batuan ini yaitu karbon (C), serta batupasir kuarsa mempunyai struktur yang berlapis.
Mineral lempung biasanya terbentuk selama jangka waktu yang lama oleh bertahap kimia pelapukan batuan, biasanya silikat-bantalan, dengan konsentrasi rendah asam karbonat dan diencerkan lainnya pelarut . Pelarut ini, biasanya asam, bermigrasi melalui batuan pelapukan setelah pencucian melalui lapisan lapuk atas. Selain proses pelapukan, beberapa mineral lempung yang dibentuk oleh hidrotermal. batuan ini berasosiasidengan batuan lanau dan batuan yang lainnya . batuan ini berguna sebagai bahan pembuatan gerabah atau keramik, batako dan lain sebagainya. Cara penambangannya yaitu dengan cara tambang terbuka.
3.2.3. Batu pasir kuarsa
Batu pasir merupakan batuan sedimen non karbonat yang mempunyai warna lapuk coklat dengan warna segar putih, batuan ini mempunyai tekstur yang klastik, tekstur ini meliputi ukuran butir yaitu pasir sedang (1/4-1/2 mm) WENTWORTH, baentuk butir kubus dengan roudness atau kebundaran yaiturounded dengan sortasi atau pemilahan yang buruk. Dan kemas yang terbuka. Mineral pembentuk batuan ini yaitu kuarsa (SiO2), serta batupasir kuarsa mempunyai struktur yang tidak berlapis.
            Batu pasir kuarsa terbentuk dari Kristal-kristal silica (SiO2) dan mengandung senyawa pengotor yang terbawa selama proses pengendapan, pasir kuarsa juga di kenal dengan nama pasir putih yang merupakan hasil dari pelapukan batuan yang mengandung seperti kuarsa dan feldspar kemudian tercuci dan terbawa oleh air atau angina yang kemudian terendapkan di tepi-tepi sungai, danau dan laut. Batuan ini biasa di gunakan sebagai dasar atau bahan tambahan pada pembuatan jalan atau airport, juga untuk pembuatan jalan raya, bahan bangunan dan juga untuk aspal. Batuan ini di tambang dengan cara tambang terbuka (open pit) dengan metode tambang kuary.
3.2.4. Batu rijang merah
             Rijang merah merupakan batuan sedimen yang non karbonat yang mempunyai warna lapuk coklat dengan warna segar merah ke coklatan , batuan ini mempunyai tekstur yang non klastik dengan structure yang tidak berlapis dan mempunyai komposisi  mineral (SiO2).
            Batuan yang merupakan batuan sedimen non klastik ini di endapkan di laut dalam yang tersusun dari sisa organisme penghasil silica sperti diatora dan dan radiolarian, endapan tersebut di hasilkan dari hasil pemadatan dari hasil rekristalisasi dari lumpur silica organic yang terakumulasi pada lautan yang dalam, lumpur tersebut berkumpul di bawah zona-zona plagtonik radiolarian dan diatora saat hidup di permukaan air dengan suhu yang hangat. Ketika organisme itu mati dan terendapkan di dasar laut dan terjadi proses kimiawi pembentuk batu rijang.
            Batuan ini di gunakan untuk pembuatan senjata dan peralatan seperti pedang, mata anak panah, pisau, kapak pada  masa zaman batu. Akan tetapi pada masa ini rijang di gunakan sebagai ornament-ornamen batu permata, dan cara penambangan batuan ini dengan cara tambang terbuka. 
3.2.5        Konglomerat
Konglomerat  merupakan batuan sedimen non karbonat yang mempunyai warna lapuk kuning kecoklatan dengan warna segar abu-abu, batuan ini mempunyai tekstur yang klastik, tekstur ini meliputi ukuran butir yaitu kerakal 4-64 mm (SKALA WENTWORTH), baentuk butir kubus dengan roudness atau kebundaran yaitu rounded dengan sortasi atau pemilahan yang buruk. Dan kemas yang terbuka, serta konglomerat mempunyai struktur yang tidak berlapis. Komposisi mineral pada batauan ini yaitu :
- Kuarsa
Pada batuan ini kuarsa merupakan material fragmen dengan bentuk blades dengan roundess sub rounded dengan ukuran 4-64 mm dengan persentase 45% dari batuan konlomerat.

- Rijang
Pada batuan ini rijang sebagai matriks dengan bentuk blades dan roundess yaitu sub rounded dengan ukuran 2-4 mm dengan persentase 35 %.
Konglomerat merupakan suatu bentukan fragmen dari proses sedimentasi, batuan yang berbutir kasar, terdiri atas fragmen dengan bentuk membundar dengan ukuran lebih besar dari 2mm yang berada ditengah-tengah semen yang tersusun oleh batupasir dan diperkuat & dipadatkan lagi kerikil. Dalam pembentukannya membutuhkan energi yang cukup besar untuk menggerakan fragmen yang cukup besar biasanya terjadi pada sistem sungai dan pantai.
Konglomerat adalah batuan sedimen yang tersusun dari bahan-bahan dengan ukuran berbeda dan bentuk membulat yang direkat menjadi batuan padat. Bentuk fragmen yang membulat akibat adanya aktivitas air, umumnya terdiri atas mineral atau batuan yang mempunyai ketahanan dan diangkut jauh dari sumbernya. Di antara fragmen- fragmen konglomerat diisi oleh sedimen-sedimen halus sebagai perekat yang umumnya terdiri atas Oksida Besi, Silika, dan Kalsit. Fragmen-fragmen konglomerat dapat terdiri atas satu jenis mineral atau batuan atau beraneka macam campuran. Seperti halnya breksi, sifatnya yang heterogen menjadikan berwarna-warni. Konglomerat umumnya diendapkan pada air dangkal. Batuan ini di gunakan sebagai pondasi bangunan , interior ruangan, dan sebagainya, dan cara penambangn batuan ini yaitu tambang terbuka dengan system quary.






BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
 Dari percobaan yang kita lakukan kami dapat menyimpuklan bahwa batuan sedimen non karbonat merupakan batuan yang tidak mengandung unsur karbonat, berdasarkan proses terbentuknya batuan sedimen terbagi atas batuan sedimen klastik dan non klastik dimana pada bahan percobaan dari 5 sampel di dapatkan batuan sedimen non karbonat yang klasik adalah lempung, batupasir kuarsa, dan konglomerat sedangkan yang non klastik adalah batubara dan rijang merah
4.2 Saran
Saran agar di berikan tanda nomor peraga di setiap sampel batuan agar lebih mudah praktikan mendeskripsi batuan dan tidak terjadi kehilangan.











DAFTAR PUSTAKA

Asisten,  coorps. 2015.  Penuntun praktikum petrologi UMI : makassar.
Graha, doddy setia.1978 batuan dan mineral. Nova : BANDUNG. 
Simon and schuter. 1987. Rocks and mineral. Fireside new york.














                                                                                       


                                                                                                              































 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar